SUBAK
FILOSOFI KESERASIAN DALAM MASYARAKAT AGRARIS DI PULAU BALI
DOI:
https://doi.org/10.52829/jantra.v14i1.85Kata Kunci:
subak, sistem irigasi, BaliAbstrak
Upacara ritual subak merupakan bagian dari konsep penting THK (Tri Hita Karana), yaitu aspek parhyangan yang mengetengahkan hubungan harmonis antara petani dan Tuhan. Aspek lain dalam THK adalah pawongan (hubungan harmonis antar anggota subak) melalui awig-awig (penerapan aturan subak), dan palemahan yang mengetengahkan hubungan harmonis antara petani dan lingkungan melalui pemeliharaan teras sawah. Ada 16 kegiatan upacara ritual yang dilakukan sendiri-sendiri oleh petani anggota subak, mulai dari ritual pengambilan air irigasi sampai dengan upacara ritual pasca panen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) Metode pengumpulan data adalah dengan metode studi pustaka dan observasi lapangan; (2) Metode analisis data adalah dengan metode deskriptif-analisis. Berdasarkan kajian yang dilakukan, subak dianggap sebagai penjaga budaya Bali, sehingga UNESCO mengakui subak sebagai warisan budaya dunia. Subak diikat oleh kepentingan fisik dan spiritual. Kekuatan subak terletak pada ketergantungan bersama terhadap air irigasi yang disatukan oleh adanya Pura Subak.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Copyright setiap artikel yang diterbitkan oleh Jantra, dipegang sepenuhnya oleh Jantra. Penulis berhak menggunakan data pada artikel yang telah diterbitkan sesuai dengan ketentuan penulisan ilmiah, namun tidak diperkenankan untuk mempublikasikan artikel tersebut pada jurnal atau media publikasi lainnya.



